Merenung, karena pacarnya telah memutuskan untuk tidak mau melanjutkan hubungannya lagi, dengan alasan sudah tidak cocok, walaupun tau bahwa itu bukan alasan yang sebenarnya, melainkan karena pacarnya
itu selingkuh dengan cewek lain. Sendiri, sedih, memikirkan apa yang telah
selama ini ia lakukan dan ia korbankan pada pacarnya itu.
Menjadi cewek yang merasakan perih mendalam di hatinya,
karena putus dan ditinggalkan kekasihnya yang sangat ia cintai, itu kali
pertamanya ia alami karena itu adalah cinta pertamanya. Pintar, lugu, baik dan juga mudah
bergaul. Sheila, ia yang saat ini merasakan kepedihan. Sheila masih memandangi
poto yang ada ditangannya yang masih sangat berat untuk dibuang ke dalam tong
sampah yang berada tak jauh dari tempatnya ia duduk dipojok taman seorang diri.
“Aku bisa!”, ungkapnya sambil menghela nafas untuk
memotivasi agar dapat membuang semua kenangan yang memang sudah tidak pantas
lagi untuk selalu dikenang, karena Sheila merasa itu semua harus ditinggalkan
dan harus melanjutkan aktivitasnya kembali sebagai mahasiswa di salah satu
Universitas Negeri di Jakarta dan berharap semua bisa berjalan normal.
***
Setelah beberapa bulan Sheila jalani aktivitasnya
untuk kuliah, dan Sheila pun sudah kembali bahagia bersama teman-temannya.
Kepolosannya itu yang membuat Sheila selalu banyak didekati dekati oleh banyak
cowok. Tetapi teman-temannya selalu melarangnya untuk tidak buru-buru mencari
yang baru, dan untuk lebih memilih senang-senang bersama mereka, kuliah dengan
benar dan juga belajar bareng dengan teman-temannya itu tanpa ada pacar.
Suatu ketika, terjadi pembicaraan yang singkat tapi
cukup untuk menjelaskan betapa perhatian teman-temannya itu terhadap Sheila.
“Shel, pokoknya lo harus hati-hati kalo ada cowok
yang meu deketin lo ya. Mereka ga semuanya baik dan mau nerima lo apa adanya,
mending ama kita-kita aja.” Nisa menyarankan ke Sheila dengan nada menekankan.
“iya tuh bener.” Seraya teman-temannya yang lain sependapat
dengan Nisa.
“tapi kan gue juga butuh seseorang yang lebih
special buat gue cintai Nis?” jawab Sheila yang mulai merasakan kesepian atas
hatinya yang memang sudah cukup lama kosong.
“yaaa gue sih Cuma sekedar nyaranin aja supaya lo ga
jatuh buat yang ke kedua kalinya, ya ga temen-temen?! hehe” ungkap Nisa dengan
nada pasrah. Namun Sheila tidak mengubah niatnya, ia tetap akan mencari bila
ada seorang cowok yang cocok dan pas menurutnya.
***
Setelah beberapa hari, tiba-tiba Sheila seperti merasakan
sesuatu yang beda dari Ryan, sahabat dekatnya yang memang sangat perhatian
sejak lama. Cowok itu anak dari seorang guru besar di sekolah
pelayaran. Ayahnya seorang petinggi di sekolah pelayaran, dan ryan memang
terkadang aktif ikut membantu ayahnya sebagai asisten.
[ shel, lo mau bantuin gue ga? ] ryan mengirim sms
minta bantuan.
[ mau bantu apa yan? ]
[ iya gue mau donasiin buku nih ke anak-anak
jalanan, mau ikut ga? Biar nanti gue jemput ke rumah lo pake mobil gue. ]
[ emm..yaudah ayo, mau kapan? ]
[ besok sore, bisa? ]
[ okay J
] jawab Sheila dengan wajah ceria, karena Sheila memang sudah lama kenal ryan
dan ryan juga punya wajah yang tampan, bersih dan dikenal sopan.
Semenjak kegiatan donasi yang mereka lakukan, mereka
jadi semakin dekat, karena memang keduanya sudah sama-sama jomblo, berbeda
dengan situasi saat Sheila masih bersama Faris, mantan Sheila.
Sheila dan Ryan pun terus melakukan aktivitasnya
berdua, mulai sering sms-an, bbm-an, sampai telepon-an. Sheila merasa dunia
yang sebenarnya telah kembali, kebahagian yang selama ini dia impikan mulai
datang kembali. Sampai suatu saat Sheila selalu berharap agar Ryan juga
memiliki perasaan yang sama pada Sheila, yaitu perasaan sayang.
Sheila selalu saja geregetan karena cowok ini tidak
cepat-cepat mengungkapkan perasaan apa yang sebenarnya ada dalam hatinya,
karena Sheila merasakan perhatiannya yang begitu tulus ke Sheila. Tapi di sisi
lain, Sheila pernah berjanji untuk tidak pacaran lagi sampai pada saatnya lulus
sarjana. Konflik batin ini yang selalu ada dalam hati Sheila, dan berfikir ya
sudahlah misalnya Ryan jadi sama aku juga ga papa.
Sampai pada saatnya, di sebuah taman di hari sabtu
sore Ryan mengajak Sheila untuk jalan-jalan dan sampai pada malam harinya
mereka akhirnya mampir di sebuah resto untuk makan malam. Di tengah-tengah
pembicaraan, canda tawa, dan hal-hal yang menyenangkan akhirnya Ryan mengubah
topic pembicaraan menjadi lebih serius.
“shel, gue mau ngomong sesuatu yang serius sama lo.”
Ryan, sambil menatap wajah Sheila.
“emm.mau ngomong apa?.” Degupan jantung Sheila
semakin kencang, keringat dingin mulai mengucuri sekujur tubuhnya, karena takut
merasa Ryan akan melakukan hal yang selama ini Sheila inginkan.
“kamu mau ga jadi seseorang yang special yang mau
menemani aku untuk terus bersama, yaa bisa dibilang kamu mau ga jadi pacar aku?”
dengan nada serius sambil menggenggam tangan Sheila.
Sheila terdiam, sedangkan Ryan terus menatap dalam
mata Sheila. Tiba-tiba keadaan menjadi sunyi dan seakan malam menunggu apa yang
akan di jawab oleh Sheila. Dan akhirnya Sheila pun bicara.
“tapi gue takut yan.” Dengan nada murung dan sambil
melepaskan genggaman tangan Ryan.
“takut kenapa shel?” seakan Ryan memastikan agar
Sheila tidak merasakan khawatir karena ucapannya itu.
“gue takut nanti lo kecewa sama gue dan ninggalin
gue yan.” Air mata Sheila mulai menetes. Ryan menghapus air mata kekhawatiran
itu dan kembali menggenggam tangan Sheila dengan perasaan penuh kepedulian dan
memastikan bahwa ryan tidak akan meninggalkannya.
“engga shel, aku janji. Tatap mata aku shel.” Janji
ryan terhadap Sheila seraya melunturkan perasaan khawatir Sheila kepada Ryan.
dan tidak beberapa lama akhirnya sheila mulai percaya kepada ryan. “iya yan, gue percaya kok.” Ungkap Sheila sambil
tersenyum dan mengisyaratkan bahwa Sheila mau menerima cinta Ryan dan mau
menjalaninya bersama-sama.
***
Akhirnya mereka pun hidup dalam kebahagiaan, penuh
dengan kasih sayang, tidak ada lagi kesedihan diantara mereka, tidak ada lagi
perhatian yang tidak mereka dapatkan, kebahagiaan selayaknya sepasang kekasih
yang ada pada umumnya yang penuh dengan senyuman.
Sheila makin mencintai Ryan karena selama mereka
jadian, tidak ada kekecewaan yang ada pada Sheila terhadap Ryan. Ryan pun juga
sebaliknya, tidak ada rasa kekecewaan. Walaupun mereka sempat bertengkar dan itu sering, tetapi itu justru membuat mereka semakin cinta, dan memang karena
mereka bertengkar hanya karena memang tidak lebih dari sekedar kesalah pahaman biasa.
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan sebentar lagi
mereka telah genap 1 tahun dalam menjalani hubungannya itu. Sheila berencana
merayakan hari jadiannya itu untuk anniversary satu tahun pertamanya bersama
Ryan. Sheila mengajak Ryan untuk jalan-jalan ke sebuah pantai tetapi Sheila
belum tau pantai mana yang akan di kunjungi, jadi Sheila berencana untuk
berdiskusi kepada Ryan dengan harapan menemukan tempat yang pas dan bagus untuk
di kunjungi. Dan sepakat, mereka memilih pantai yang tidak terlalu jauh dari
area Jakarta, dan itu berada di sukabumi, pantai sawarna.
***
14 Januari 2013. Sheila dan Ryan sudah siap untuk
berangkat dengan segala persiapan yang telah mereka siapkan. Ryan menjemput
Sheila di kosannya, dan Sheila pun memang sudah siap dan sedang menunggu
jemputan kekasihnya itu. Akhirnya Ryan datang dan mereka pun langsung berangkat
menuju pantai yang sudah mereka rencanakan.
“sayang, kamu udah bilang kan sama orang tua kamu?”
Ryan memastikan bahwa orang tua Sheila tidak mencarinya dan khawatir.
“udah kok yang.” Sheila menatap Ryan dan tersenyum
dan menggenggam tangan Ryan yang memang sedang sibuk mengatur gigi mobil.
“oke sayang.” Ryan mengangkat tangan Sheila dan
mencium tangan Sheila.
Sepanjang perjalanan, Sheila lebih banyak tidur,
karena terlalu capek mempersiapkan barang-barangnya dari semalam. Ryan tetap
focus dalam perjalanannya itu, karena perjalanan yang akan mereka tempuh skitar
6 jam dan itu memakan waktu yang cukup lama dan juga jalan yang di lalui rusak
dan berliku.
“sayang, bangun, kita udah nyampe nih.” Ucap Ryan
sambil menghelai rambut Sheila.
“ahh, hmm. Udah sampe ya yang?” Sheila setengah
sadar dan menyipitkan matanya karena terlalu silau dengan matahari yang
menyengat.
“hihi dasar kebo, yuk yang kita turunin
barang-barangnya. Kita langsung cari Home
stay aja ya, biar kita bisa istirahat dulu.” Ajak Ryan sambil tertawa
cekikikan karena tingkah Sheila yang selalu polos dan menggemaskan itu.
“yaudah yuk, panas banget ya sayang.” Sambil keluar
dan merasa kepanasan karena memang mereka sampai sudah jam 2 siang, dan itu
saat udara sedang panas-panasnya.
“iya yang, tapi nanti sore pasti asik.” Ryan kembali
mengelus kepala Sheila, kali ini Ryan mencium dahi Sheila.erus
Setelah mencari beberapa tempat, akhirnya mereka
menemukan Home Stay yang pas untuk
mereka berdua. Liburan di Sawarna merupakan liburan terjauh dan menginap
bersama orang lain adalah pengalaman pertama Sheila.
Mereka pun menghabiskan waktunya bersama-sama dengan
perasaan yang sangat bahagia, apalagi Sheila yang memang jarang sekali untuk
liburan seperti itu. Namun ketika malam, ketika telah asik mengobrol dan romantis
untuk menghabiskan malam, hal yang tidak terpikirkan terjadi. tiba-tiba
saja Ryan membujuk Sheila agar mau melakukan ‘hubungan’ hal yang layaknya orang
dewasa lakukan ketika malam pertama yaitu ML. Awalnya Sheila menolak, namun
bujukan Ryan sangatlah mampu meluluhkan ajakannya itu. Akhirnya Sheila pun
tidak mampu menolak bujukannya itu, dengan alasan bahwa Sheila ‘sayang’ dengan
Ryan.
Selang beberapa bulan setelah liburan di Sawarna.
Entah kenapa sikap Ryan makin lama makin berubah. Ryan menjadi sering meminta
Sheila tuntuk berhubungan intim layaknya orang yang kecanduan seks, dan Sheila pun tak pernah berani untuk
menolaknya. Sempat Sheila di putuskan Ryan karena menolak ajakannya itu, namun
apa daya, Sheila seperti tidak punya apa-apa lagi setelah semuanya telah
diambil oleh Ryan. Mereka pun balikan lagi dan terus begitu.
***
Suatu ketika, Ryan meminta agar Sheila tidak
menghubunginya dulu karena memang Ryan sedang focus untuk skripsinya. Sheila
pun menurutinya dan ternyata sudah sampai 2 bulan mereka tidak melakukan kontak
sama sekali dengan Ryan. Bukan tidak berusaha untuk menghubunginya, tetapi Ryan
nomor handphone-nya tidak pernah aktif ketika dihubungi, tidak ada di rumahnya
ketika Sheila benar-benar ingin tau kabarnya. Keluarga Ryan pun tidak pernah kasih
tau dimana keberadaannya.
Perasaan khawatir pun sering muncul dan sedih akan
sikap Ryan yang tiba-tiba menghilang. Pasrah dan berdoa lah yang hanya bisa
dilakukan Sheila dengan harapan Ryan akan datang dan melakukan hari-harinya
bersama lagi.
***
Tuuuttt
tuuuttt tuuuuttt handphone Sheila berdering, dan Sheila
pun buru-buru mengangkatnya ketika sedang asik mengerjakan tugas kuliahnya.
Tidak ada nama dikontak handphonenya.
“halo siapa nih?” Tanya Sheila.
“shel ini aku.” Sheila sangat mengenal suara itu,
Sheila sangat bahagia karena akhirnya Sheila pun di telpon oleh pacarnya itu.
“Ryan ?” Sheila memastikan dengan nada datar karena
gengsi akan rasa bahagianya itu.
“iya Shel, ini aku Ryan.”
“apa kabar kamu sayang? Kok nomor kamu ga aktif
terus sih? Aku khawatir banget sama kamu, aku kemana-mana cari kabar tapi kamu
ga ada. Aku udah pasrah tau sayang. Dan jangan-jangan kamu udah wisuda ya?”
Tanya Sheila manja.
“shel dengerin dulu, aku mau kita putus. Maaf karena
minggu depan aku sudah mau nikah dengan perempuan pilihan aku.” Ryan mengelak
pertanyaan-pertanyaan Sheila yang bertubi-tubi dan Ryan pun langsung menutup teleponnya.
“halo? Halo? Ryan? Kamu kenapa ngelakuin sama aku
yan?! Kenapaaaa?!” tangis Sheila dan marah-marah. Dan ketika menghubungi nomor
Ryan, ternyata sudah tidak aktif lagi.
Sheila terduduk lemas di kamarnya itu, benar-benar
merasa jadi hal yang sangat bodoh ketika semua telah ia korbankan untuk yang
kedua kalinya dikecewakan oleh laki-laki dan ini lebih dari segalanya karena
laki-laki itu telah merebut semua yang Sheila punya, termasuk kehormatannya
itu.
Jakarta, 6 Mei 2013
Ya
Allah..
Hamba
benar-benar telah melakukan hal yang sangat berdosa..
Hamba
benar-benar tidak tau harus menempuh pertaubatan ini dari mana lagi..
Hamba
begitu mencintainya..
Tapi
hamba juga tidak mau jadi orang yang hina di matamu..
Hamba
memohon maaf atas apa yang telah ku perbuat..
Ya
Allah..
Sheila.
Air mata Sheila pun menetes karena hari ini adalah
hari pernikahan Ryan, merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya bersama mantan
pacarnya itu.
Terkadang cinta memang butuh pengorbanan, tetapi cinta juga butuh Iman yang bisa menyelamatkan kita di masa depan termasuk akhirat.
By:
Hilwan Khulaifi